Minggu, 27 Oktober 2013

Yap Thiam Hien

Yap Thiam Hien (lahir di Koeta Radja, Aceh, 25 Mei 1913 – wafat di Brusel, Belgia, 25 April 1989 pada umur 75 tahun) adalah seorang pengacara Indonesia keturunan Tionghoa. Ia mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM). Namanya diabadikan sebagai nama sebuah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang berjasa besar bagi penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
 Yap Thiam Hien, yang biasa dipanggil "John" oleh teman-teman akrabnya, adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio. Kakek buyutnya adalah seorang Luitenant yang bermigrasi dari provinsi Guangdong di Tiongkok ke Bangka, namun kemudian pindah ke Aceh. Ketika monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot. Ditambah lagi oleh kekeliruan investasi di Aceh berupa kebun kelapa yang ternyata tidak memberikan hasil yang menguntungkan. Pada tahun 1920 kedudukan keluarga Yap digantikan oleh keluarga Han, yang datang dari Jawa Timur.

Thiam Hien dibesarkan dalam lingkungan perkebunan yang sangat feodalistik. Kondisi lingkungan feodalistik ini telah menempa pribadi cucu Kapitan Yap Hun Han ini sejak kecil bersifat memberontak dan membenci segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan.

Pada usia 9 tahun, ibunda Thiam Hien meninggal dunia. Ia dan kedua orang adiknya kemudian dibesarkan oleh Sato Nakashima, seorang perempuan Jepang yang merupakan gundik kakeknya. Sato ternyata memainkan peranan besar dalam kehidupan Thiam Hien, memberikan kemesraan keluarga yang biasanya tidak ditemukan dalam keluarga Tionghoa serta rasa etis yang kuat yang kelak menjiwai kehidupan Thiam Hien di masa dewasa.

Yap Sin Eng, ayah Thiam Hien, ternyata adalah figur yang lemah. Namun Sin Eng ikut membentuk kehidupan anak-anaknya, karena ia memutuskan untuk memohon status hukum disamakan (gelijkstelling) dengan bangsa Eropa. Hal ini memungkinkan anak-anaknya memperoleh pendidikan Eropa, meskipun mereka telah kehilangan status sebagai tokoh masyarakat.

Reaksi Tumbuhan Terhadap Rangsangan






Sekilas Teori


Putri malu atau yang bernama latin Mimosa pudica ini memiliki keunikan yaitu daunnya langsung mengatup begitu disentuh. Tetapi bukan karena disentuh saja daun putri malu bereaksi seperti ini tetapi juga karena rangsangan lain seperti goyangan, tiupan, maupun ketika ada rangsangan berupa panas. Gerakan menutup daun putri malu ini disebut seismonasti.
Gerakan menutup daun ini terjadi ketika bagian tertentu dari sel kehilangan tekanan tugor, yaitu tekanan pada dinding sel oleh air yang terdapat dalam vakuola (lubang sel) dan isi sel lainnya. Ketika tanaman diberikan rangsangan, bagian tertentu pada batang terstimulasi untuk melepaskan zat-zat kimia termasuk ion potasium yang memaksa air keluar dari vakuola dan air berdifusi keluar sel yang menyebabkan hilangnya tekanan dalam sel sehingga sel menjadi kempis. Perbedaan tekanan antara bagian-bagian tertentu dalam sel mengakibatkan mengatupnya lembaran daun. Rangsangan ini juga bisa diteruskan ke daun-daun lain yang berdekatan.





Para ilmuwan menduga bahwa kemampuan tanaman untuk menyusutkan bagian-bagiannya merupakan sebuah mekanisme pertahanan dari pemangsa. Hewan pemakan tumbuhan sebagai pemangsa barangkali takut pada tanaman yang dapat bergerak cepat merespon rangsang dan akan lebih memilih tanaman yang diam saja ketika diberikan rangsang. Ketika daun menutup, bagian bawah yang pucat inilah yang terlihat di luar sehingga hewan yang tadinya ingin memakannya akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan kehilangan selera untuk memakannya.



Percobaan
Tujuan : mengetahui adanya reaksi tumbuhan terhadap rangsangan.

Alat dan bahan :
1.    Tumbuhan putri malu (si kejut)
2.    Pensil
3.    Lidi membara
Cara kerja :
1.    Berikan sentuhan pada tumbuhan putri malu dibagian anak daun, pangkal tangkai anak daun, dan pangkal daun dengan menggunakan ujung pensil yang runcing.
2.    Catatlah perubahan yang terjadi pada bagian bagian-bagian yang disentuh.
3.    Setelah disentuh, diamkan dan amati selama 10 menit. Catat pula perubahannya.
4.    Lakukan cara yang sama dengan menggunakan bara api. Bara api di dekatkan pada bagian bagian yang sama pada tumbuhan putri malu.




Perlakuan yang diberikan
Perubahan yang terjadi
  Saat di beri rangsang
Dalam waktu 10 menit
Sentuhan dengan pensil di :


a.       Anak daun
Menutup ke atas
Kembali seperti semula
b.      Pangkal tangkai anak daun
Menutup ke atas
Kembali seperti semula
c.       Pangkal tangkai daun
Menutup ke atas
Kembali seperti semula
Panas dari bara api baru di :


a.       Anak daun
Menutup ke atas
Tumbuhan tidak bereaksi
b.      Pankal tangkai anak daun
Menutup ke atas
Tumbuhan tidak bereaksi
c.       Pangkal tangkai daun
Menutup ke atas
Tumbuhan tidak bereaksi

By :
Free Blog Templates